Intercultural communication merupakan komunikasi yang terjadi diantara orang yang berbeda budaya. Tidak jarang perbedaan budaya yang muncul terkadang menimbulkan kebingungan, salah tafsir atau salah paham. Melihat ini, realitas komunikasi lintas budaya membutuhkan beberapa kemampuan agar komunikasi dapat terjalin dengan baik, mulai dari kemampuan berbahasa, bersosialisasi dan praktik terkait norma serta kebiasaan masyarakat setempat.
Pembahasan mengenai intercultural communication tidak akan berhenti melalui ini, melainkan akan didiskusikan dalam beberapa kelas untuk mahasiswa Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya. Secara khusus topik ini akan dibawakan oleh dua mahasiswa Program Magister dari Utrecht University, Belanda yaitu Farima Sultani dan Shangdieva Djoen Narasmara. Keduanya dirasa tepat membawakan topik ini untuk mahasiswa, hal ini didukung dari latar belakang mereka yang cukup berpengalaman mengalami lintas budaya. Selain itu, Dieva mengungkapkan bahwa Jogja menjadi tempat yang tepat untuk membawakan topik intercultural communication terutama di lingkungan UGM.
Farima dan Dieva akan mengikuti kegiatan di Sekolah Vokasi UGM mulai dari pengabdian masyarakat dan penelitian, sharing di kelas-kelas dan community service. Kegiatan ini sesuai dengan kerja sama yang disepakati antara Universitas Gadjah Mada dan Utrecht University.
Pada kegiatan kali ini, Farima dan Dieva kembali memberikan kelas untuk mahasiswa Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya program studi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi angkatan 2023 mengenai From Pixels to Presence: The Art of Digital Communication and Branding, Selasa (28/5).
Kelas ini membahas tentang seni dari komunikasi digital dan branding yang dibangun. Dalam salah satu sesinya, Dieva dan Farima memaparkan pentingnya bagi mahasiswa atau perseorangan memiliki personal branding. Secara singkat personal branding merupakan citra diri yang dibentuk dan mempengaruhi persepsi orang lain ketika melihat seseorang. Sosok seperti apa kita yang dikenal oleh orang sekitar? Bagaimana orang lain melihat kita?, seperti itu personal branding bekerja, semakin baik dan menjamin citra diri yang dibangun maka dimata orang lain kita dapat terlihat profesional.
Dieva mengungkapkan bahwa personal branding dapat dibentuk atau dibangun oleh diri sendiri.
“Understand yourself, try to ask yourself what do you want to represent?”, ungkap Dieva. Pertanyaan ini merupakan salah satu tips yang diberikan Dieva untuk mulai membangun personal branding.
Melalui kelas ini, diharapkan mahasiswa mampu membangun citranya sendiri sehingga memiliki perbedaan antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Selain itu mahasiswa dapat terlihat profesional dengan adanya personal branding yang dibangun karena ia memiliki sesuatu yang dapat ditawarkan pada target dan terlihat menjamin.
Kegiatan Farima dan Dieva di Sekolah Vokasi UGM akan berlanjut, demikian pula dengan sharing di kelas-kelas untuk mahasiswa Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya Sekolah Vokasi UGM.