Yogyakarta (4/10) – Dalam langkah signifikan untuk meningkatkan minat baca teks berbahasa Jepang mahasiswa, tim peneliti dari Program Studi Bahasa Jepang untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional (Kombispro) di Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mengimplementasikan metode tadoku (extensive reading) dalam pembelajaran pada semester gasal 2023/2024 (Agustus – Desember 2024). Sebelumnya, pada 28 Mei 2024 telah dilakukan sesi familiarisasi bersama tim peneliti dari Jepang yang terdiri dari Sasaki Ryozo (Shizuoka University) dan Onuma Genya (Takushoku University). Pengenalan tadoku sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama yang berfokus pada akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas dan membangun kemitraan global.
Metode tadoku, yang menekankan membaca untuk kesenangan dan pemahaman, telah diintegrasikan ke dalam mata kuliah “Kemahiran Berbahasa I”. Mata kuliah ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang mahasiswa. Dengan mengadopsi tadoku, program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan efektif yang mendorong mahasiswa untuk membaca lebih banyak dalam bahasa Jepang.
Aktivitas tadoku dilaksanakan sekali seminggu, memungkinkan mahasiswa untuk terlibat dalam bahasa Jepang melalui pengalaman membaca yang menyenangkan. Materi bacaan terdiri dari dua seri, yaitu Kaeru Books dan Taishukan Japanese Readers. Setiap seri disusun dalam enam level, mulai dari teks sederhana untuk pemula hingga teks bahasa Jepang otentik, yang memenuhi berbagai tingkat kemahiran. Tersedia lebih dari 150 judul buku yang dapat dibaca oleh mahasiswa secara bergantian setiap minggunya.
Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bahasa tetapi juga untuk menumbuhkan kecintaan membaca di kalangan mahasiswa. Dengan menyediakan akses yang setara ke berbagai materi bacaan, program ini memastikan bahwa semua mahasiswa, terlepas dari kemahiran awal mereka, dapat memanfaatkan pendekatan tadoku. Ini sejalan dengan tujuan SDG untuk memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan merata.
Respon dari mahasiswa sangat positif. Banyak yang melaporkan peningkatan minat membaca dan apresiasi yang lebih besar terhadap bahasa Jepang. Peserta menyatakan antusiasme mereka terhadap pendekatan tadoku, dengan banyak yang mencatat bahwa metode ini membuat membaca dalam bahasa Jepang terasa kurang menakutkan. Beragam materi yang tersedia memungkinkan mereka memilih teks yang sesuai dengan minat mereka, menjadikan proses belajar lebih menyenangkan. Umpan balik positif ini menyoroti potensi tadoku untuk mengubah cara mahasiswa berinteraksi dengan bahasa Jepang. Perubahan sikap ini sangat penting untuk keberhasilan akademis mereka dan karier masa depan di dunia yang semakin global di mana keterampilan bahasa semakin berharga.
Lebih jauh lagi, implementasi tadoku diharapkan memberikan manfaat jangka panjang bagi mahasiswa. Dengan membudayakan kebiasaan membaca, mahasiswa kemungkinan akan mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang lebih baik dan pemahaman yang lebih dalam tentang budaya dan masyarakat Jepang. Pendekatan holistik terhadap pembelajaran bahasa ini sangat penting dalam mempersiapkan mahasiswa menghadapi tantangan dunia kerja modern.
Seiring program ini terus berkembang, program studi berkomitmen untuk menilai dampak metode tadoku terhadap kemahiran bahasa dan kinerja akademis mahasiswa secara keseluruhan. Sesi umpan balik dan evaluasi rutin akan dilakukan untuk memastikan bahwa program ini memenuhi tujuannya dan terus menyediakan akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas.
Sebagai kesimpulan, implementasi tadoku dalam Program Studi Bahasa Jepang Kombispro di Sekolah Vokasi UGM adalah langkah menjanjikan untuk meningkatkan minat baca dan keterampilan bahasa mahasiswa. Dengan menumbuhkan kecintaan membaca dan memastikan akses yang setara terhadap sumber daya pendidikan berkualitas, inisiatif ini tidak hanya menguntungkan mahasiswa tetapi juga berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan dan kemitraan global dalam pendidikan.
Tim peneliti: Lufi Wahidati, Sa’idatun Nishfullayli
Teks dan foto: Lufi Wahidati