Mahasiswa Prodi Diploma Bahasa Jepang, Vira Yuniar, berhasil meraih juara III pada lomba pidato Bahasa Jepang (Benron Taikai)2018 untuk mahasiswa dan umum tingkat DIY pada tanggal 28 April 2018 lalu. Lomba ini diadakan setiap tahun oleh Prodi Sastra Jepang FIB UGM bekerja sama dengan The Japan Foundation. Sejak tahun 2014 hingga tahun ini, setiap tahun perwakilan mahasiswa Program Studi Bahasa Jepang berhasil membawa pulang piala di ajang bergengsi ini.
Lomba pidato bahasa Jepang tahun ini diikuti oleh sebanyak 20 peserta dari berbagai program studi Bahasa/Sastra/Pendidikan Bahasa Jepang yang ada di lingkungan DIY. Seluruh peserta setidaknya telah memiliki kemampuan bahasa Jepang setingkat JLPT (Japanese Language Profeciency Test) level N4 dan hanya siswa yang belum pernah tinggal di Jepang lebih dari 6 bulan yang boleh mengikuti lomba ini. Terdapat 4 mahasiswa yang mewakili Sekolah Vokasi, yaitu Vira Yuniar, Ricko Gigih Pratama, Annisa Ulul Albab, dan Ardiani Setyoningrum. Mayoritas peserta merupakan mahasiswa semester 6, namun dua orang perwakilan dari Sekolah Vokasi, yaitu Vira Yuniar dan Ricko Gigih Pratama, merupakan mahasiswa semester 2. Sebagai peserta termuda, keduanya berhasil membawakan pidato dengan baik dan lancar dengan tema yang tidak kalah menarik dari para peserta lain.
Juri lomba kali ini terdiri dari satu orang Indonesia dan dua orang native speaker, salah satunya adalah Okamoto Taku, seorang expert dari the Japan Foundation. Aspek yang dinilai pada lomba di antaranya adalah isi pidato, penampilan saat membawakan pidato, serta ketepatan waktu pidato. Selain itu, untuk membuktikan apakah teks tersebut dibuat sendiri oleh peserta, juri memberikan pertanyaan dalam bahasa Jepang. Akan tetapi, hal terpenting yang dititikberatkan oleh juri kali ini adalah keorisinalitasan isi pidato. Seluruh peserta yang memenangi lomba ini, menyampaikan pendapat pribadi mereka dengan memberikan ilustrasi sebuah peristiwa yang dialami oleh masing-masing peserta.
Pidato Vira berjudul “Hyakusai no Ojiichan” (Kakekku yang berusia 100 tahun). Pada pidatonya, Vira menceritakan semangat hidup kakeknya yang tahun ini genap berusia 100 tahun. Menurutnya, meskipun telah lanjut usia dan menderita sakit katarak, kakeknya memiliki semangat yang kuat untuk hidup mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain. Dengan kondisinya yang seperti itu, kakeknya juga selalu tersenyum ketika menghadapi masalah dan berpendapat bahwa senyuman dapat meringankan beban yang dirasakan seseorang. Kisah ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi Vira untuk terus semangat dalam menjalani hidup.
Bagi keempat mahasiswa Sekolah Vokasi yang mengikuti lomba ini, pengalaman berpidato dihadapan umum memberikan kesan tersendiri. Ardiani mengutarakan bahwa lomba kali ini merupakan pengalaman berharga dan membuatnya ingin mencoba berbagai kompetisi lain untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepangnya. Bagi Vira dan Ricko, perlombaan kali ini juga merupakan pengalaman pertama mereka. Mereka berniat untuk turut serta lagi pada perlombaan tahun berikutnya. Sementara itu, Annisa Ulul Albab, yang tahun ini akan berangkat ke Jepang untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa di Universitas Chiba selama satu tahun. mengutarakan niatnya untuk mengikuti lomba pidato bagi mahasiswa asing yang diselenggarakan di Jepang.
Lomba pidato merupakan perlombaan yang penting, karena dapat menjadi tolak ukur kemampuan bahasa Jepang sekaligus meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa. Melalui lomba ini, siswa juga dapat berkompetisi secara positif dengan sesama pembelajar bahasa Jepang dari universitas lain.