Dua orang dosen Sekolah Vokasi UGM, yakni Sa’idatun Nishfullayli (DBSMB) dan Bram Delfian (Dept. Teknik Mesin) mengikuti Bimtek (Bimbingan Teknis) untuk Dosen Vokasi yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti, mulai 10-13 Juli 2018 di Bandung. Dari sekitar 450 peserta yang mengajukan diri untuk mengikuti kegiatan ini, hanya 60 peserta saja yang diterima dan berhak mengikuti Bimtek ini. Keseluruhan peserta tersebut adalah para pengajar Vokasi (Poltek dan Sekolah Vokasi) di seluruh Indonesia. Kegiatan ini diisi dengan pengarahan dari pihak Dirjen Pendidikan Tinggi dan para penggiat pendidikan vokasi, sharing dengan industri, dan kunjungan ke salah satu industri di Bandung, yakni PT. LEN Ind.
“Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tiggi Kemenristek Dikti sebagai langkah awal untuk mensosialisasikan TVET Personnel (Technical and Vocational Education, and Training), kepada pengajar Vokasi,” jelas Sa’idatun Nishfullayli yang merupakan dosen Program Studi Bahasa Jepang DBSMB.
TVET Personnel, lanjutnya, terdiri dari para pengajar Vokasi, para trainer di perusahan/industri, serta pengelola lembaga pendidikan kejuruan/training/pelatihan. Pengembangan sistem TVET nasional, termasuk pengembangan SDM, memainkan peran penting untuk mendorong kemajuan ekonomi dan sosial budaya, khususnya di kawasan ASEAN. “Lecturer/Teacher need to adapt to an integrated and technological environment, the innovative, creative, social skills to develop and a new generation of TVET students requesting autonomy and permanent access to knowledge and networks”. Penjelasan tersebut disampaikan oleh Bruri Triyono, narasumber dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Selain mengikuti perkembangan teknologi dan softskills yang mumpuni, para pengajar Vokasi juga harus memiliki networking yang bagus serta kompetensi yang sesuai dengan bidang keterampilan yang diajarkan. Jika model tersebut didukung oleh lembaga dengan memberikan layanan administrasi dan jaminan mutu berkala yang baik, maka para pengajar vokasi dinilai pantas untuk mengajar pada pendidikan Vokasi.
Pada sesi bincang dengan industri, tiga industri besar di Indonesia, yakni PT. GMF AeroIndonesia, PT. LEN Ind, dan PT. ASTRA, sharing tentang kebutuhan-kebutuhan industri mereka terhadap lulusan pendidikan Vokasi. Ketiga industri tersebut menyampaikan hal yang senada, yakni pentingnya kompetensi bagi lulusan Vokasi. “Kompetensi tidak mengenal sekat ilmu. Semisal seorang lulusan kompeten dalam bidang assembly (perakitan), maka di situ tidak ada lagi sekat ilmu antara mesin, elektro, bahkan disain. Kampus juga harus menentukan arah pendidikannya, mau menghasilkan lulusan yang kompeten atau mencetak pengajar vokasi. Jika ingin mencetak tenaga kerja kompeten untuk industri, bekali mereka dengan sertifikat kompetensi, dan setelah lulus, tidak perlu ambil S2 terapan, tetapi ambil sertifikasi tingkat mahir (advance), itu lebih jelas dan pasti banyak industri yang berebut untuk merekrut tenaga-tenaga seperti itu. Tidak mengapa hanya lulusan D3 tetapi sertifikasi kompetensinya tingkat internasional dan advance”. Hal tersebut dipaparkan oleh Bpk Tony, narasumber dari Sekolah Vokasi PT. ASTRA. Selain membahas kompetensi, semua narasumber juga menekankan pentingnya softskills bagi calon lulusan Vokasi, antara lain: integrity, leadership, toughness, dan teamwork.
Pada sesi ini, menanggapi pertanyaan dari perwakilan peserta dari DBSMB SV UGM, tentang pengetahuan dan keterampilan apa saja yang harus diberikan kepada mahasiswa untuk mengembangkan softskills sekaligus menjawab kebutuhan industri, narasumber menjelaskan bahwa selain keilmuan utama, ada beberapa pengetahuan dasar yang harus dimiliki calon lulusan semua jurusan, yakni: business communication, business administration (perizinan, peraturan-peraturan pemerintah terkait tenaga kerja dan industri, dll), corporate culture, planning and organization, serta customer orientation. Untuk tiga hal, yakni corporate culture, planning and organization, serta customer orientation, harus diintegrasikan dalam aktivitas pembelajaran sehingga mahasiswa terbiasa sejak awal dan menjadikan itu sebagai nilai dalam kehidupan pribadi mereka.
Pada sesi penutup, Bunyamin Maftuh, Direktur Karir dan Kompetensi Sumber Daya Manusia, mendorong para pengajar vokasi untuk mengikuti pelatihan-pelatihan untuk sertifikasi kompetensi maupun profesi, segera studi lanjut ke jenjang doktoral, dan menjalankan riset-riset terapan untuk menghasilkan produk yang dapat dihilirisasi dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, pengajar vokasi harus mengikuti perkembangan teknologi dan mencari model-model pembelajaran yang sesuai untuk jalur vokasi. Pengajar Vokasi juga bisa mengadaptasi model pembelajaran yang diterapkan oleh divisi training di perusahaan/industri.
Sebagai rencana lanjutan, Dirjen Pendidikan Tinggi akan menyelenggarakan Bimtek Dosen Vokasi Batch 2, mengupayakan untuk memperbanyak program retooling termasuk untuk keterampilan non eksakta, serta menjadi fasilitator untuk sertifikasi kompetensi bagi para pengajar vokasi.
“Menanggapi hasil Bimtek ini, Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya, akan menyusun program-program pelatihan untuk para dosen demi mendapatkan sertifikasi kompetensi, termasuk pelatihan dalam hal model-model pembelajaran yang memanfaatkan aplikasi teknologi masa kini. Dengan demikian diharapkan kualitas dosen maupun mahasiswa dapat meningkat dan mampu memenuhi kebutuhan para stakeholder,” tutup Ninis dalam rilisnya yang disampaikan kepada Humas DBSMB.
Text : Humas DBSMB