Teknologi komunikasi hari ini menyebabkan pergeseran ruang publik masyarakat secara umum. Lebih spesifik, pergeseran ruang publik itu dapat merangsang budaya menulis masyarakat, meski terbatas dalam bahasa lisan. Meskipun demikian, intensitas interaksi dengan bertatap muka masih tinggi sebab ada kegiatan budaya yang masih dipelihara.
Hal tersebut disampaikan oleh Lyliana Mulya, M.A., dosen Program Studi Kearsipan, Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya (DBSMB), Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada dalam International Conference bertajuk “Archives in a Blade Runner Age: Identity and Memory, Evidence & Accountability” yang diselenggarakan oleh Australian Society of Archivists di Crown Perth, Western Australia, (24-28/9) yang lalu makalah berjudul “Verbal Exchange of Information: It’s Continuity and Discontinuity in Javanese Society”.
Dalam kesempatan yang sama, Widiatmoko Adi Putranto yang juga dosen program studi Kearsipan DBSMB menyampaikan presentasi berjudul “Exploring the Work of Digital Archiving: The Implication of Social Media Platforms in Preserving Indonesian Music as Audio-Visual Archives in the Era of Streaming’. Penelitian ini mengkaji kerja pengarsipan online yang dilakukan Sounds From the Corner pada live music shows sejumlah band Indonesia dengan memanfaatkan platform sosial media yang populer, Youtube. Alumni D3 Kearsipan yang kini bekerja di Museum Sonobudoyo, Adhi Wirawan Dwi Pamungkas, menjadi partner Widiatmoko dalam penelitian ini. Pada hakikatnya, project tersebut memberikan kontribusi pada khazanah arsip musik Indonesia yang masih sangat minim sekaligus mendiskusikan kesadaran akan pentingnya memastikan kelestarian arsip secara berkelanjutan.
Konferensi tersebut diikuti oleh 34 pemakalah yang didominasi dari Australia dan Eropa. Selain itu juga dihadiri presenter dari China dan Indonesia.
Text: Lyliana Mulya, Widiatmoko Adi Putranto & Humas DBSMB
Foto: Widiatmoko Adi Putranto