Selasa (27/11) lalu, Faizatush Sholikhah, S.Sos., M.A., Dosen Program Studi Kearsipan, Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya, Sekolah Vokasi, UGM memaparkan presentasi panel dalam Seminar Nasional bertajuk “Tionghoa Dalam Bingkai Ke-Indonesiaan : Gerak Langkah Perekonomian Tionghoa Dalam Pembangunan Nasional” yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Kegiatan yang diselenggarakan di Digital Library UNY juga diisi oleh Dr Yerry Wirawan dari Universitas Sanata Dharma dan Frista, S.H., S.E., M.S.Ak. dari Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Yogyakarta.
“WNI Keturunan Tionghoa menjadi topik yang menarik untuk dilihat, bagaimana proses dari mulai terbentuknya identitas KeIndonesiaan dari awal kemerdekaan hingga saat ini. Pada awal November 2018, 8 November 2018, sebuah film dengan judul “A Man Called Ahok” resmi ditayangkan di beberapa bioskop besar di Indonesia, termasuk di Yogyakarta. Ahok atau Ir Basuki Tjahaja Purnama merupakan Gubernur DKI Jakarta yang menjabat dari tanggal 19 November 2014 s.d 9 Mei 2017. Ahok merupakan salah satu warganegara Indonesia keturunan Tionghoa yang memiliki kontribusi penting sebagai Gubernur DKI Jakarta,” papar Faiz dalam presentasinya.
Faiz melanjutkan, Mona Lohanda dalam buku Sam Setyautama (2008) juga merupakan salah satu tokoh keturunan Tionghoa yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Selain itu di UGM, salah satu Ketua Departemen adalah keturunan Tionghoa, Dr. Endang Soelistiyowati, M.Pd sekaligus Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Selain warganegara keturunan Tionghoa yang aktif dalam pemerintahan dan menjadi PNS, sebagian besar warganegara Tionghoa masih identik dengan perekonomian, pasar dan kemampuannya berniaga. Peranan orang-orang Tionghoa dalam seni dan budaya di Indonesia terutama seniman di Yogyakarta juga menarik untuk dikaji. “Arsip dapat menjadi salah satu alat untuk menginventaris daftar seniman Tionghoa di Yogyakarta.” tambahnya lagi.
Text: Faizatush Solikhah & Humas DBSMB
Foto: Faizatush Solikhah