Andi Muhammad Mudhiuddin selaku Ketua Komisi Etik DPP Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) menyampaikan bahwa Situasi yang terjadi pada rekan-rekan pemandu wisata hari ini bahwa semua pemandu tidak mendapatkan wisatawan sejak Februari. Maka, dibutuhkan kreativitas seorang pemandu untuk mengembangkan usaha lain selain kepemanduan, misalnya retail atau kuliner yang bisa dikembangkan dengan bisnis daring sebagai solusi jangka pendek. Ketua DPD HPI DIY (2009-2013) ini menambahkan, “Di masa pemulihan mendatang, target wisatawan yang harus difokuskan adalah wisatawan domestik.”
Tazbir Abdullah yang pernah menjabat Asisten Deputi Bisnis Kementrian Pariwisata (2017-2018) dan Kepala Dinas Pariwisata DIY (2007-2013) menyampakan bahwa bisnis perjalanan wisata harus bersiap menyambut era baru pariwisata yang disebut “new normal tourism”. Era normal baru dalam pariwisata ini akan sangat memperhatikan higinitas. Penasehat DPP ASITA ini juga menambahkan, “Sangat dibutuhkan integrasi seluruh stakeholder untuk mewujudkan ini.”
Dalam sesi tanya jawab, Endang Komesty Sinaga selaku Ketua Program Studi D4 Bisnis Perjalanan Wisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung menyampaikan bahwa kalangan perguruan tinggi juga dipusingkan dengan rencana program praktik kerja lapangan yang membutuhkan industri bisnis perjalanan wisata sebagai mitra, sedangkan situasi masih dalam suasana pandemi seperti ini. Hal lain yang diperlukan untuk diketahui segera, tambahnya, adalah perilaku wisatawan pasca-pandemi ini.
Penanggap lain, Kornelus dari DPC HPI Kalimantan Utara menyampaikan bahwa virtual tourism dan guide bisa menjadi salah satu alternatif. Merespon hal tersebut, Andi Muhammad Mudhiuddin menyampaikan bahwa teknologi menjadi hal yang tidak bisa dibendung, namun marwah pemandu wisata jangan sampai hilang karena tergeser dengan teknologi. Tazbir juga menanggapi bahwa esensi pariwisata adalah interaksi dengan manusia. Ia meyakini teknologi tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia.
Panca Sarungu dari BLK Serang mencoba mempertajam diskusi dengan menanyakan skill baru apa yang harus dikuasai pemandu dan produk wisata semacam apa yang bisa dibuat pasca-pandemi ini, apakah model pariwisata berkelompok masih dominan. Andi Muhammad Mudhiuddin menjawab bahwa ketrampilan kepemanduan dan produk wisata yang menerapkan konsep menjaga jarak akan menjadi dominan ke depan. Hal senada diungkapkan oleh Tazbir bahwa produk-produk yang menerapkan protokol kesehatan akan dijadikan prinsip. Ia menambahkan, Covid ini akan menghadirkan kreativitas pelaku wisata untuk tidak melakukan business as usual saja yang membutuhkan integrasi semua sektor untuk meningkatkan kompetensi dan standardisasi agar Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Karena, situasi Covid ini dirasakan yang sama oleh semua negara di dunia.
Dirilis oleh Ghifari Yuristiadhi