Pada Selasa (12/1) Program 4 RRI Yogyakarta FM 106,6 AM 1107. Waluyo S.S., M.Hum. Dosen Program Sarjana Terapan Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi, Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya, Sekolah Vokasi UGM, dengan pengarah acara yaitu Tri Sumardiyana, menyelenggarakan Dialog Interaktif Pendapa. Acara tersebut membahas tentang salah satu pemeo klasik romawi kuno yang terkenal ialah “verba volant scripta manent” yang berarti ‘apa yang terucap akan lenyap, apa yang tertulis akan abadi’. Dengan kata lain, pemeo tersebut menyatakan betapa pentingnya arsip, yaitu rekaman aktivitas, kegiatan, dan atau peristiwa dalam berbagai bentuk media rekam sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang merupakan bukti dan menjadi penanda kegiatan atau peristiwa pernah berlangsung atau terjadi. Hal ini dekat hubungannya dengan pandangan Koentjaraningrat bahwa “budaya adalah keseluruhan gagasan, naluri, tindakan, dan hasil karya cipta manusia dalam kehidupan bermasyarakat”. Adapun Mykland, seorang archivist menyatakan bahwa “dunia tanpa arsip akan menjadi dunia tanpa memori, tanpa kebudayaan, tanpa hak-hak yang sah, dan tanpa pengertian akan akar sejarah dan ilmu serta tanpa identitas kolektif.”
Selanjutnya, biasa pula kita dengar ungkapan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya. Bangsa yang berbudaya tinggi selanjutnya adalah bangsa yang menghargai arsip-arsipnya. Dengan demikian, rendahnya kesadaran budaya kearsipan harus segera ditangani dengan meningkatkan sense of documentation dengan penguatan tradisi merekam, mencatat, menulis, dan mengabadikan setiap aktivitas kita, termasuk tentunya aktivitas budaya. Sudah saatnya kebangkitan budaya dimulai dari upaya menyadarkan semua elemen anak bangsa untuk “sadar arsip” dalam konteks sistem di Indonesia. Semoga aktivitas ini menjadi bagian dari revolusi mental bangsa dalam upaya menunjukkan jati diri kita sebagai bangsa yang berperadaban tinggi.
Teks & Foto : Waluyo