• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • Penelitian
  • Email UGM
  • Languages
Universitas Gadjah Mada DEPARTEMEN BAHASA, SENI, DAN MANAJEMEN BUDAYA
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
  • Profil
    • Sambutan Ketua Departemen
    • Visi dan Misi
    • Sejarah
    • Struktur Organisasi
    • Pengelola
    • Tenaga Pendidik
    • Tenaga Kependidikan
  • Pendidikan
    • Kalender Akademik TA 2024/2025
    • Program Sarjana Terapan
      • Program Studi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi
      • Program Studi Bisnis Perjalanan Wisata
      • Program Studi Bahasa Inggris
      • Program Studi Bahasa Jepang
    • Program Magister Terapan
      • Pengembangan Atraksi Wisata
  • Kemahasiswaan
    • Pengumuman
    • Pelayanan Mahasiswa
      • Permintaan Surat Akademik
      • Surat Aktif Kuliah
      • Surat Bebas Perpustakaan
      • Prosedur Pendaftaran Yudisium
      • Alur Pendaftaran Wisuda
      • Ketentuan Foto Wisuda
    • Kegiatan Mahasiswa
  • Alumni
    • Sertifikat Akreditasi
    • Tracer Study For User
      • Kuesioner Pengguna Lulusan DBSMB
      • HASIL DAN ANALISIS TRACER STUDY
  • Penelitian & Pengabdian
    • Informasi Penelitian
      • Pengumuman Hibah Penelitian Damas 2022
      • Pengumuman Penerima Hibah Penelitian Damas 2022
    • Informasi Pengabdian pada Masyarakat
      • Pengumuman Hibah Pengabdian Pada Masyarakat Damas 2022
      • Pengumuman Penerima Hibah Pengabdian Pada Masyarakat Damas 2022
    • Karya Penelitian Dosen
    • Jurnal DBSMB
  • Pendaftaran MaBa
  • Survei Layanan
    • Kuesioner Kepuasan Pemangku Kepentingan
    • Kuesioner Pengguna Lulusan DBSMB
    • Kuesioner Kepuasan Mitra Kerja Sama
    • Kuesioner Kepuasan Kegiatan Pengabdian DBSMB
    • Kuesioner Kepuasan Mitra Pengabdian DBSMB
    • HASIL DAN ANALISIS TRACER STUDY
    • Hasil Analisis Kepuasan Pemangku Kepentingan
  • Beranda
  • Berita Utama
  • Dilema Nomikai: Menjaga Identitas Muslim Indonesia di Dunia Kerja Jepang

Dilema Nomikai: Menjaga Identitas Muslim Indonesia di Dunia Kerja Jepang

  • Berita Utama, Rilis Berita, Uncategorized
  • 6 October 2025, 09.01
  • Oleh: Admin DBSMB
  • 0

 

Yogyakarta, 4 Oktober 2025 – Sebuah studi naratif baru menyoroti bagaimana seorang migran Muslim Indonesia di Jepang menghadapi tantangan budaya dalam lingkungan kerja, khususnya terkait tradisi nomikai—acara minum bersama rekan kerja yang umum di perusahaan Jepang.Penelitian ini dilakukan oleh Lufi Wahidati, dosen program studi Bahasa Jepang untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional, Sekolah Vokasi, UGM, dengan pendekatan wawancara mendalam terhadap satu responden yang sudah menetap dan bekerja di Jepang selama dua setengah tahun. Temuan studi ini memperlihatkan bagaimana identitas keagamaan dan profesionalisme dinegosiasikan secara halus.

Antara Budaya dan Prinsip: Kisah Adaptasi Seorang Migran Muslim

Responden dalam studi ini menyampaikan bahwa terdapat dua jenis nomikai di perusahaannya: nomikai internal bersama sesama kolega, dan nomikai dengan pihak eksternal yang umumnya dilakukan sebagai bagian dari proses negosiasi dengan perusahaan klien. Dengan kata lain, nomikai yang kedua merupakan bagian dari tanggung jawab profesionalnya. Oleh karena itu, responden memilih untuk tetap menghadiri nomikai tanpa mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak halal, sebagai bentuk kompromi antara menjaga hubungan kerja dan mempertahankan prinsip keislamannya. Ia juga aktif membangun komunikasi terbuka dengan rekan-rekan kerja, menjelaskan secara sopan alasan di balik pilihannya, serta berusaha tetap terlibat secara sosial dalam batasan yang ia yakini.

Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun berasal dari budaya dan agama yang berbeda, pekerja migran tetap bisa menemukan ruang untuk beradaptasi tanpa kehilangan identitas diri. Responden menceritakan bahwa sebelum menghadiri nomikai, ia biasanya mencari tahu terlebih dahulu lokasi yang akan dikunjungi serta memeriksa menu yang tersedia. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa ada pilihan makanan atau minuman yang sesuai dengan prinsip kehalalan yang ia anut. Jika tempat nomikai ditentukan secara mendadak, ia akan bertanya secara diam-diam kepada pelayan izakaya—yakni tempat makan dan minum khas Jepang yang menyerupai kedai—mengenai menu yang diyakini halal. Menurutnya, tindakan ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan rasa tidak nyaman di antara rekan kerja atau klien yang hadir dalam acara tersebut.

Responden menuturkan bahwa penting baginya untuk menjaga identitas sebagai seorang Muslim selama tinggal di Jepang, karena ia merasa bahwa sebagai kaum minoritas di negara tersebut, ia berkewajiban untuk menjaga keluarganya.

“Dulu awal pertama kali ke Jepang (tujuh tahun lalu saat mengikuti program pertukaran mahasiswa), masih muda, saya menghadiri nomikai dan saya sempat mengkonsumsi daging selama bukan daging babi. Tetapi setelah memperdalam ilmu agama, ada beban untuk mengajarkan agama Islam kepada suami saya, dan jika saya jadi ibu nanti, saya juga yang harus mengajari anak-anak. Dan karena saya sudah menetap di Jepang, kalau bukan saya yang menjaga saya dan keluarga saya nanti, siapa yang akan menjaga kami? Itu yang mendorong saya untuk mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang apa itu halal. Proses ini menumbuhkan prinsip yang saya pegang teguh saat ini, yaitu selama masih bisa dihindari (makanan dan minuman non-halal), saya harus terus menjaga halal, karena akan masuk ke tubuh dan menetap selamanya, dan akan dihisab….”

Responden juga menjelaskan bahwa komprominya terhadap kebiasaan nomikai di perusahaannya merupakan bagian dari upayanya menunjukkan profesionalitas dalam bekerja.

“Saya sadar bahwa saya tidak dapat memaksakan kehendak orang lain ke saya. Yang membuat saya mau untuk berkompromi adalah karena saya minoritas di sini…. Jika saya terlalu menunjukkan bahwa saya berbeda dan mengucilkan diri sendiri, malah nanti saya akan dikucilkan. Maka dari itu, dengan segala kerepotan-kerepotan yang harus saya hadapi, saya memilih untuk berkompromi dengan menetapkan batasan-batasan sejauh mana saya bisa berkompromi,” tutur responden dalam wawancara.

Sebagai bagian dari negosiasi dengan koleganya di tempat kerja, responden menuturkan bahwa ia selalu menjaga performa kerja, antara lain dengan datang tepat waktu, menepati tenggat pekerjaan, serta mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaannya. Langkah-langkah tersebut dilakukannya untuk memperoleh kepercayaan penuh dari rekan-rekannya.

Relevansi dengan SDGs: Inklusi dan Toleransi di Dunia Kerja

Meskipun bersifat studi kasus, penelitian ini memberikan gambaran penting tentang tantangan dan strategi yang dihadapi pekerja migran Muslim di Jepang. Ini relevan dengan dua Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu Mengurangi Ketimpangan (SDG 10), khususnya dalam konteks perlakuan dan peluang setara di tempat kerja, dan Masyarakat Inklusif dan Damai (SDG 16), dengan menekankan pentingnya toleransi dan pemahaman lintas budaya dalam dunia kerja global.

Hasil studi ini diharapkan dapat membuka ruang diskusi lebih lanjut mengenai pentingnya kesadaran budaya (cultural awareness) di kalangan perusahaan dan pekerja, serta perlunya kebijakan yang memungkinkan inklusi tanpa asimilasi total.

 

 

Foto dan teks: Lufi Wahidati

Tags: SDGs SDGs 10 Berkurangnya Kesenjangan

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Berita Terakhir

  • Penetapan Geopark Kebumen sebagai UNESCO Global Geopark: Implikasi terhadap Pariwisata dan Pelestarian Alam
  • Dilema Nomikai: Menjaga Identitas Muslim Indonesia di Dunia Kerja Jepang
  • PENDAFTARAN TELAH DIBUKA SVUGM CAREER DAYS
  • Cultural Training Program 2025: Kolaborasi Prodi Bahasa Jepang Kombispro dan Nagasaki University of Foreign Studies
  • Universiti Teknologi MARA Shah Alam, Malaysia dan UGM Perkuat Kolaborasi melalui Pertukaran Dosen dan Publikasi Bersama
Universitas Gadjah Mada

Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Unit 1 Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta, Indonesia. 55281
dbsmb.sv@ugm.ac.id
+62 (0274) 589750

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY