Yogyakarta, 17 April 2021 – Program Sarjana Terapan Bahasa Inggris, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan Webinar Events Talk, Jumat (9/4) lalu. Webinar kali ini lebih berwarna dengan kehadiran tiga kelompok presenter mahasiswa dari IAIN Manado, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarat, dan Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka, NTT. Rangkaian acara yang ke-12 ini bertajuk “Events Talk #12 Community, Culture, and Environment” dengan pembicara utama Wilis Rengganiasih Endah Ekowati, S. Sn., M.A., dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra.
Acara dibuka dengan sambutan dari Wahyu Kartika Wienanda, S.Pd., M.Pd., Kepala Laboratorium Bahasa Sekolah Vokasi UGM. “Masyarakat, budaya, dan lingkungan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita”, tuturnya. Menurut dosen Prodi Bahasa Inggris tersebut, acara ini menjadi perwujudan dari kreativitas dosen dalam mengajar salama masa pandemi. Selain itu, webinar semacam ini membantu mahasiswa untuk bisa berbagi pengetahuan kepada khalayak yang lebih luas, melatih kepercayaan diri untuk melakukan presentasi, dan membangun jaringan dengan mahasiswa dari universitas yang berbeda.Berlangsung selama 2 jam dan ditayangkan melalui Zoom dan kanal YouTube DBSMB SV UGM, forum ilmiah ini digagas sebagai proyek kolaborasi antara kelas Manajemen MICE, kelas Komunikasi Lintas Budaya Indonesia, dan program magang mahasiswa DBSMB SV UGM divisi hubungan masyarakat. Event ber-bahasa Inggris ini juga melibatkan praktik terjemahan secara simultan kedalam Bahasa Indonesia yang juga dilakukan oleh panitia mahasiswa.
Presentasi pertama berjudul “Challenge for Muslims in Germany” disampaikan oleh empat mahasiswa Sarjana Terapan Bahasa Inggris UGM, Alifia Arsy, Ardania Nur, Fauzia Erbin, dan Madina Atvia. Mereka membahas tentang konflik agama yang terjadi pada Juli 2019 lalu yakni peristiwa teror bom di beberapa masjid di Jerman yang ditengarai faktor Islamophobia menjadi motif yang melatarbelakangi aksi tersebut. Presentasi kedua dengan topik “Distance Learning Policy Consequences: for Parents and Children” disampaika oleh mahasiswa dari IAIN Manado. Dalam salah satu penjelasan, mereka menyatakan bahwa dalam mengedukasi anak usia 7-12 tahun dimasa pandemi, orang tua harus menjadi pendamping, fasilitator, motivator, dan juga pendidik. Sesi satu diakhiri dengan tanya jawab oleh presenter dan partisipan.
Disesi dua, Alya Andani, Aulia Maharraning, dan Galuh Ajeng, mahasiswa Sarjana Terapan Bahasa Inggris UGM, mengulas tentang bagaimana membangun bisnis batik yang memadukan elemen modern dan tradisional dengan topik “Cultural Features in Batik Business Practices: When Traditional Meets Medernity”. Selanjutnya Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka, NTT yang diwakili oleh Emilia, Pius, dan Anna membahas “The Value of Lamaholot Culture in Lodo Ana’ Rite”. Sebagai kelompok terakhir, mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga menguraikan isu bagaimana masyarakat Baduy melestarikan lingkungan melalui kepercayaan kuno. Kelima mahasiswa tersebut adalah Nafiatur, Sukmawati, Naufal, Ahmad, dan M. Faqih.
Wilis Rengganiasih
Pada pungkasan acara, Wilis Rengganiasih memaparkan topik tentang “Buddhist Arts”. Yang menarik, sebelum menyampaikan materi, ia mengajak para partisipan untuk bermeditasi selama beberapa menit. Meditasi adalah salah satu bentuk dari seni Buddha. Tidak sedikit partisipan yang on-cam mengikuti arahan dari Wilis untuk mnggerakkan tangan dan kepala. Sejalan dengan praktik penyelenggaraan virtual event, public speaking, dan penerjemahan, adanya praktik singkat meditasi oleh Wilis mampu menciptakan nuansa yang engaging antara pemateri, audiens dan topik meskipun acara digelar secara daring.
Teks : Madina Atvia Nindar
Foto : Madina dan Farkhi
Editor: Dewi Cahya Ambarwati