Dewasa ini pemerintah berencana untuk menggagas kebijakan untuk memiliki 250 politeknik dan vokasi dengan mahasiswa sebanyak 3 juta di semua propinsi di Indonesia. Visi, misi, dan fokus penelitian diarahkan untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai universitas di luar negeri yang salah satu topiknya adalah sustainable tourism.Sementara itu, Ministry of Research Technology and Higher Education (MoRTHE) juga mempunyai misi untuk meningkatkan akses dan kualitas dalam hal studi pariwisata.
Salah satu unit yang berperan penting dalam hal ini ialah Viclink, sebuah unit dari Victoria University of Wellington, New Zealand. Bidang pekerjaan Viclink, sebagaimana disebutkan oleh Jeff Howe, General Manager International Development, ialah mempersiapkan produk hasil penelitian yang dapat diproduksi masal untuk kepentingan masyarakat banyak. Selanjutnya, Dr. Christian Schott, Senior Lecturer in Tourism Management, menjelaskan SWOT tourism terkait dengan bagaimana hal-hal yg terjadi dapat mempengaruhi sektor pariwisata pada saat ini.
Trend yang berlangsung pada saat ini harus dihadapi agar kita bisa mempersiapkan mahasiswa kita dengan lebih baik, sesuai dengan dunia kerja yang sesungguhnya yang sangat dimungkinkan nanti akan di¬hadapinya. Oleh karena itu, pemetaan kurikulum yang disesuaikan dengan tren dan pasar perlu dilakukan agar mahasiswa bisa melakukan longlife learning secara mandiri dan terus menerus. Dengan adanya pengganggu, yakni digital technologies and sustainability dan perubahan iklim, pengembangan konseptualisasi yang berkelanjutan terjadi pada bidang lingkungan, ekonomi, dan sosiokultural.
Konseptualisasi turisma yang berkelanjutan ini selanjutnya melibatkan banyak pihak, seperti wisatawan, pemerintah lokal, organisasi nonpemerintah (nongovernment organi¬zation/NGO), masyarakat, dan bidang-bidang swasta. Teknik pembelajaran yang dilakukan harus menyesuaikan perkembangan terkini karena pariwisata sangat dipengaruhi oleh media sosial, sementara dampak media sosial ini tidak bisa dikontrol oleh berbagai pihak. Tidak berapa lama lagi dalam upaya mengikuti perkembangan zaman bukan tidak mungkin pembelajaran kita salah satunya akan menggunakan virtual reality (VR).
Selanjutnya, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP., Direktur Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Reset,Teknologi dan Perguruan Tinggi, mengatakan bahwa Dirjen Belmawa, Dikti, akan menerapkan standar Asean, bukan hanya standar nasional, sehingga kerjasama semacam ini penting sekali untuk terus mengembangkan banyak hal yang bisa mendukung pencapaian standar Asean tersebut. Belmawa Kemenristekdikti akan membuat draft MoU dengan Victoria University of Wellington (VUW), dan diusahakan segera bisa selesai dalam waktu dekat, untuk ditindaklanjuti oleh politeknik dan vokasi yang berminat untuk mendalami lebih lanjut kerjasama tersebut.
MoU yang disepakati antara Dikti dan VUW di pertemuan di Bali ini mencakup hal-hal berikut: Student and professor mobility, Joint research, Double degree, Capacity building for students and lecturers, Curriculum development, Learning Innovation, Joint International workshop/seminar, dan International module and also model in tourism (using Virtual Reality).
Disamping upaya menggarap dari sisi pembelajaran di kelas, pemerintah juga melakukan tindakan langsung secara nyata untuk merealisasikan implementasi riil yaitu pembuatan VR untuk Borobudur, Danau Toba, dan Labuhan Bajo demi perkembangan dan kemajuan pariwisata Indonesia. Hal ini merupakan contoh nyata hilirisasi hasil penelitian menjadi produk nyata dalam sektor pariwisata.
Kerjasama yang masif antara VUW dengan politeknik dan vokasi di Indonesia sungguh-sungguh diharapkan bisa terjadi, antara lain dalam bidang penelitian, publikasi, dan pengembangan produk (hilirisasi). Pengembangan produk sebagai hilirisasi sudah nyata dicontohkan dalam bentuk VR untuk mendorong perkembangan pariwisata, maka kerjasama dalam bidang pengajaran, penelitian dan pengembangan produk, patut segera mengikutinya.
Text : Endang Soelistiyowati; Humas DBSMB
Foto : Endang Soelistiyowati