Acara summer course yang diadakan oleh Global Education Promotion Project (GiFT) yang berjudul ‘Bali Diversity Voyage’ pada tahun ini bekerja sama dengan Mana Earthly Paradise, sebuah hotel milik Earth Company yang bertemakan lingkungan.
Acara ini diikuti oleh beberapa mahasiswa Indonesia dari berbagai universitas dan jurusan, dan Sekolah Vokasi UGM terwakilkan oleh dua mahasiswanya dari prodi Bisnis Perjalanan Wisata. Kami dipertemukan dengan mahasiswa dari Toyo University, Jepang untuk mengikuti acara ini selama 6 hari.
Pada hari pertama, kami dipertemukan dan dibuatkan kelompok. Kelompok saya terdiri dari 2 mahasiswa Indonesia dan 3 mahasiswi Jepang. Hari pertama ini difokuskan untuk saling memperkenalkan diri satu sama lain. Setelah itu, kami diceritakan oleh pendiri Earth Company, Tomo Hamakawa bagaimana perjalanannya sejak kecil hingga akhirnya mendirikan Earth Company. Setelah itu, kami kembali ke kelompok kami masing-masing dan melakukan hal yang sama seperti Tomo-san. Kami saling bercerita kisah perjalanan kami, jatuh-bangun kehidupan kami, dan kami diminta untuk saling menulis surat pendek setelah kami bercerita. Tentu agar kami bisa saling mengetahui cerita dan perbedaan (diversity) dari hidup kami, baik dari Indonesia maupun Jepang.
Berlanjut ke hari kedua, kami mendapatkan cerita dari Aska-san (istri dari Tomo-san) tentang bagaimana jalan hidupnya hingga dia menemukan kesadaran untuk menjaga lingkungan sehingga berdirilah Earth Company dan Mana Earthly Paradise. Setelah kami mendengarkan cerita dari Aska-san, kami dipertemukan dengan kelompok masing-masing untuk saling bercerita. Yang harus kami ceritakan adalah, aksi SDGs (Sustainable Development Goals) apa yang sudah kami lakukan di kehidupan kami sehari-hari.
Hari ketiga dimulai dengan masuk ke breakout room kelompok masing-masing untuk makan siang bersama. Kami diminta untuk menunjukkan makan siang kami ke teman sekelompok dan menjelaskan tentang makanan tersebut. Setelah makan siang, kami diajak melakukan tour secara virtual mengelilingi Mana Earthly Paradise. Kami dijelaskan bagaimana Earth Company menerapkan konsep sustainability ke hotel mereka. Contohnya, dinding hotel mereka tidak menggunakan semen, melainkan dibangun dari pasir yang dimasukkan ke kantung plastik besar. Atap mereka menggunakan bekas daun kelapa. Untuk manajemen air di Mana, mereka menampung air hujan lalu memfilter air tersebut sehingga bisa digunakan untuk mandi dan makan-minum sehingga mereka tidak mengganggu ekosistem air untuk warga disana. Untuk urusan kelistrikan, sebagian besar listrik di Mana menggunakan panel surya. Mana juga memiliki kebun sendiri untuk mensuplai kebutuhkan logistik dapur Mana. Mereka juga mendaur-ulang botol bir untuk dijadikan gelas di Mana.
Setelah mendapatkan penjelasan dair virtual tour tersebut, kami diberi penugasan oleh GiFT. Penugasannya adalah bagaimana kami mempromosikan Mana Earthly Paradise namun dengan konsep sesuai SDGs. Tentu hal yang sulit untuk bertukar pikiran dengan language barrier terlebih mahasiswa dari Jepang kebanyakan adalah mahasiswa baru yang masih belajar untuk berdiskusi di tingkat mahasiswa dan mereka masih belajar untuk bercakap dengan Bahasa Inggris. Kami memperesentasikan initial idea kami ke Tomo-san di hari keempat dan diberikan masukan-masukan untuk ide kami. Diskusi kami dengan kelompok dilanjutkan di hari kelima untuk mematangkan presentasi kami dan berlatih mempresentasikan dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Hari terakhir diberi judul GiFT day, yang artinya kami memberikan gift (hadiah) ke Earth Company yang sudah sharing dengan kami berupa saran promosi dari kami. Kelompok kami saling beradu membuat paket tour di Mana dengan konsep-konsep yang sangat menarik dan tentunya sustainable. Di akhir, kami saling mengucapkan perpisahan dengan teman kelompok dan teman-teman dari Jepang.
Banyak manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan ini. Saya merasa kemampuan speaking saya meningkat, mengingat kami harus menjelaskan ide kami dalam Bahasa Inggris. Saya mendapat banyak insight baru setelah saling sharing dengan mahasiswa dari Jepang. Dan tentunya, saya mendapatkan ilmu dari Earth Company bagaimana menerapkan konsep SDGs ke industri pariwisata dengan baik.
Teks dan Foto: Adam Indraprasta