Setelah bersuka cita pada malam Natal tanggal 24 Desember, keceriaan Natal sebagai momen keluarga terus berlanjut. Memasuki tanggal 25 Desember, keluarga akan berkunjung ke rumah saudara dan kerabat terdekat. Tradisi ini mirip dengan lebaran idulfitri di Indonesia. Bila lebaran idulfitri umumnya dipenuhi dengan ucapan maaf, masyarakat Olomouc menjadikan kunjungan keluarga tersebut sebagai momen untuk saling berbagi. Mereka akan membawakan hadiah spesial untuk orang-orang terkasih. Kemudian, esok hari tanggal 26 Desember, giliran sahabat dan teman dekat yang dikunjungi. Sama seperti hari sebelumnya, mereka juga akan membawa hadiah untuk diberikan. Mereka akan berusaha untuk memberikan hadiah yang dapat memberi kesan kepada penerima. Selain kepada manusia, masyarakat Olomouc juga memberikan hadiah kepada hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing.
Memasuki akhir-akhir bulan Desember, biasanya masyarakat akan menghabiskan waktu untuk berelaksasi. Mereka akan bersama-sama menghabiskan waktu di ruang keluarga untuk menonton televisi atau memutar film tertentu. Saat libur Natal seperti ini, ada beberapa film favorit masyarakat Olomouc. Selain film Home Alone yang umum diputar saat Natal, masyarakat Olomouc juga menggemari sinema Cinderella. Selain itu, mereka juga menggemari beberapa film komedi klasik seperti S Tebou Me Bavi Svet, S Certy Nejsou Zenty, serta Pelisky. Film-film tersebut akan disaksikan bersama sambil mengemil makanan manis (cukrovi) serta meminum alkohol bagi orang dewasa.
Bagi seorang gadis perempuan, ada satu tradisi unik yang mereka lakukan. Tradisi tersebut yakni melempar sepatu ke arah pintu. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk memprediksi nasib seorang gadis dewasa. Praktiknya, seorang gadis dewasa akan berdiri membelakangi pintu dari dalam rumah. Kemudian, ia akan mengambil sebuah sepatu dan melemparkannya ke arah pintu. Apabila ujung depan sepatu menghadap ke arah pintu, hal itu berarti bahwa di tahun depan gadis tersebut akan naik ke tangga pelaminan. Namun, apabila ujung sepatu menghadap ke dalam rumah, artinya ia belum akan dipinang seseorang. Meski di era modern seperti sekarang, tradisi semacam ini masih berlaku dan dipercayai oleh banyak keluarga.
Selain tradisi melempar sepatu, ada juga tradisi mengiris buah apel. Hampir sama dengan tradisi melempar sepatu, tradisi ini juga ditujukan untuk memprediksi nasib seseorang. Namun, bukan untuk masalah perkawinan, melainkan lebih kepada nasib mujur atau sial. Untuk melakukannya, seseorang tinggal mengambil sebuah apel segar. Kemudian, ia harus mengirisnya secara melintang bagian tengah buah apel tersebut hingga terbelah menjadi dua. Apabila dari masing-masing irisan tersebut ia jumpai bentuk bintang dari biji apel, maka itu pertanda bahwa nasibnya akan beruntung. Mereka kemudian akan saling menunjukkan potongan apel keberuntungan mereka kepada sesama dengan penuh keceriaan.
Saat menjelang tahun baru, beberapa keluarga juga akan mengajak anak-anak mereka untuk mengunjungi tempat-tempat perbelanjaan. Umumnya, para pedagang akan memberikan diskon besar-besaran bagi para pengunjung. Bahkan, di hari Minggu sekalipun, toko-toko yang biasanya tutup tetap akan buka dengan beragam penawaran spesial. Selain itu, beberapa orang juga akan menghabiskan sisa bulan Desember dengan berlibur ke tempat-tempat tertentu. Terlebih, beberapa agen perjalanan juga akan memberikan harga khusus saat musim liburan akhir tahun.
Menjelang detik-detik tibanya tahun baru (novy rok), masyarakat Olomouc memiliki kepercayaan untuk menghabiskan hari tanggal 31 Desember hingga tanggal 1 Januari dengan melakukan kebaikan. Mereka juga akan mengenakan pakaian terbaik yang mereka sukai. Mereka percaya bahwa hal tersebut dapat membawa keberuntungan sepanjang satu tahun mendatang. Mereka meyakini sebuah peribahasa klasik “Jak na Novy rok, tak po cely rok” yang berarti: kebajikan di tahun baru mencerminkan kebajikan setahun penuh.
Teks & Foto: M. Khoirul Imamil M
(mahasiswa Prodi D4 Bahasa Inggris, sedang studi IISMA 2023 di Palacky University Olomouc, Czech Republic)
Editor: Dewi Cahya Ambarwati