Kunjungan tiga mahasiswa asing dari Shivamanohari School of Performing Arts Canada ke kota budaya Yogyakarta dalam Cross-Cultural Program sudah memasuki hari ke lima. Kali ini mereka berkesempatan untuk bertandang ke tempat pembuatan kostum tari klasik dan kreasi milik Pak Sugeng Trisula untuk belajar mengenai kostum tari jawa klasik.
Mula mula beliau menjelaskan bahwa usahanya berawal dari hobi, Pak Sugeng sudah melakoni profesinya sebagai pengrajin kostum sejak tahun 90 an dan beliau belajar secara otodidak dalam pembuatan kostum tarinya. Setiap mahakarya yang dibuat oleh pak Sugeng memiliki ciri khas yaitu menggunakan payet dan mote laser putih. Beliau memilih membuat bordir payet dengan motif pari dan kapas (Indonesia = padi dan kapas) sebagai ciri khas hasil kerjanya karena dua tumbuhan tersebut melambangkan kemakmuran. Dalam proses pembuatannya pun memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan butuh kesabaran lebih. Beliau mengatakan dalam proses nya, doa kepada Sang Maha Kuasa tidak pernah lupa untuk dipanjatkan. Agar nantinya saat kostum dikenakan oleh seseorang akan pas dibadan, tidak terlalu longgar atau sempit.
Dalam kunjungan kali ini, antuasisme tinggi untuk mengetahui hal lebih detil ditunjukkan oleh ketiganya. Kegiatan tanya jawab selalu dilakukan disetiap kesempatan yang ada. Hemali Borada, salah satu peserta mengatakan bahwa ia sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Pak Sugeng, yaitu membuat pakaian tari klasik tetap lestari. Ketiganya sangat puas dan mendapatkan banyak informasi mengenai pembuatan kostum tari jawa klasik dari ahlinya.
Foto & Text: Dewi Cahya Ambarwati & Azata Izazi