Selama program berlangsung, peserta mengikuti sejumlah agenda utama, antara lain mempelajari situasi aktual pariwisata di kawasan terdampak bencana dan melakukan penelitian lapangan serta wawancara dengan penduduk setempat mengenai perkembangan souvenir wisata di daerah pariwisata bencana.
Rangkaian kegiatan dimulai pada 17 September 2025, ketika mahasiswa OIDAI tiba di Yogyakarta pada siang hari dan melanjutkan dengan pertemuan internal serta kegiatan persiapan pada sore hari. Pada 18 September, peserta mengunjungi kampus Sekolah Vokasi untuk mengikuti opening ceremony, bertemu mahasiswa, berdiskusi, dan mengikuti tur kampus UGM. Keesokan harinya, 19 September, seluruh peserta mengikuti pengalaman pariwisata bencana dan pariwisata berbasis masyarakat di Cangkringan. Program berlanjut pada 21 September, ketika peserta melakukan penelitian terkait suvenir dalam pariwisata bencana di Cangkringan pada pagi hingga siang hari, sebelum menikmati waktu luang di sore hari. Lalu, pada 22 September, rombongan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Yogyakarta sebagai bagian dari pengayaan pemahaman tentang potensi pariwisata lokal. Kegiatan ditutup pada 23 September 2025, ketika mahasiswa OIDAI kembali ke Jepang.
Program ini memperkuat hubungan akademik internasional antara Jepang dan Indonesia sekaligus memberikan pengalaman belajar langsung bagi mahasiswa dalam memahami integrasi masyarakat lokal, mitigasi bencana, dan pengembangan sektor pariwisata. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendorong penelitian bersama di masa depan serta memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pariwisata berbasis ketangguhan bencana.

Selain itu, program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa Prodi Bahasa Jepang Kombispro SV, UGM untuk mengamati secara langsung dinamika komunikasi lintas budaya antara wisatawan dan masyarakat lokal di daerah terdampak bencana. Pengalaman lapangan ini juga memperkaya pemahaman mereka tentang bagaimana narasi kebencanaan dibangun dan disampaikan melalui produk wisata, seperti paket wisata edukatif dan suvenir lokal, serta bagaimana bahasa menjadi sarana penting dalam menjembatani informasi bagi wisatawan mancanegara.

Melalui interaksi dengan penduduk lokal, pelaku wisata, dan mahasiswa OIDAI, peserta memperoleh pengalaman praktis dalam menggunakan kompetensi linguistik dan budaya yang dipelajari di kelas. Program ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan komunikasi antarbudaya mahasiswa, memperluas wawasan mereka tentang praktik pariwisata di Indonesia, serta membuka peluang kolaborasi akademik yang relevan dengan bidang kajian bahasa dan budaya Jepang.
