Lufi Wahidati, Dosen Program Studi Diploma Bahasa Jepang Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya (DBSMB) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada mengikuti “Training Program for Teacher of the Japanese Language on Spesific Theme: Teaching Japanese Grammar” yang diselenggarakan di The Japan Foundation Japanese-Language Institute, Urawa, Saitama.
“Program tersebut berlangsung selama lima pekan dari 29 April- 5 Juli 2018. Perserta program yang diikuti Lufi pada periode ini berjumlah 10 orang dosen bahasa Jepang dari berbagai negara dari benua Amerika, Eropa, dan Asia,” terang Lufi dalam keterangan tertulisnya.
Pada program ini, peserta training mempelajari tentang teori pendidikan bahasa Jepang dari berbagai sudut pandang (SLA, linguistik komparatif, dll) dan memelajari metode pengajaran tata bahasa Jepang (input, output, feedback, membuat soal ujian).
Pengalaman Puasa di Jepang
Pada saat mengikuti pelatihan dari The Japan Foundation yang bersamaan dengan momentum Bulan Ramadhan, Lufi merasakan suasana berpuasa di negeri sakura tersebut.
“Puasa di Jepang tahun 2018 bertepatan dengan pergantian musim, dari musim semi ke musim panas. Jadi durasi puasa lebih panjang. Waktu subuh kurang lebih pukul 2.30 pagi, sementara itu waktu Maghrib sekitar pukul 19 kurang (15 jam 30an),” jelas Lufi.
Di kota Meguro, Tokyo, terdapat Masjid Indonesia Tokyo yang terletak di Sekolah Rakyat Indonesia Tokyo (SRIT). Di masjid ini, kegiatan bulan Ramadhan dilakukan dalam berbagai bentuk. Orang Indonesia dari berbagai kalangan berkumpul di sana untuk melakukan ibadah Ramadhan. Misalnya, untuk anak-anak usia SD, ada pesantren kilat 2 hari. Ceramah untuk anak-anak di sini dilakukan dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, karena banyak juga anak yang lahir dan besar di Jepang.
Lufi menambahkan, “Ada kegiatan tabligh akbar untuk orang Jepang (satu kali) dan tabligh akbar untuk orang indonesia (setiap minggu selama ramadhan, total empat kali). Di hari Sabtu dan Minggu disediakan makanan untuk berbuka dan sahur di masjid ini.”
“Di sini juga dilakukan shalat tarawih bersama-sama. Sepuluh hari terakhir juga bisa iktikaf di sini,” tutup Lufi.
Teks : Humas DBSMB & Lufi Wahidati