Kamis-Jumat (15-16/3) yang lalu, sebanyak 8 mahasiswa dari Universitas Wakayama Jepang bersama 12 mahasiswa Universitas Gadjah Mada melaksanakan live in di Desa Wisata Karangasem, Muntuk, Dlingo, Bantul, binaan Prodi Kepariwisataan, Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan ini merupakan rangkaian program internasional mereka selama 2 pekan di Indonesia. Pekan pertama mereka mengunjungi Jakarta dan Bekasi, sedangkan pekan kedua mereka mengunjungi Yogyakarta.
“Kami kembali ke Karangasem untuk kedua kalinya setelah tahun lalu juga ke sini,” tutur Fujiyama, Staf Kantor Urusan Internasional Universitas Wakayama yang membidangi negara Thailand dan Indonesia saat memberi sambutan. Fujiyama untuk kali kedua membawa rombongan mahasiswa dari Universitas Wakayama ke Desa Wisata Karangsaem. Tahun lalu, selain dari Universitas Wakayama juga ada mahasiswa dari Thailand yang mengikuti program yang sama.
Rombongan tiba di Desa Wisata Karangasem hari Rabu siang disambut oleh Kepala Padukuhan Karangasem, Tukiyo dan Ketua Karangtaruna sekaligus Kelompok Sadar Wisata Karangasem, Supriyanto dan wakilnya Karyadi serta beberapa anggota Kelompok Sadar Wisata. Sembari menikmati makan siang khas Karangasem berupa nasi, jangan gori (sayur nangka), tempe garit dan ikan gereh, rombongan menikmati beberapa gending yang dimainkan tim kesenian Desa Wisata Karangasem yang didominasi generasi tua. Karena masih di jam sekolah, generasi muda dari Desa Wisata Karangasem belum bisa turut menyambut.
Usai makan siang, rombongan menuju homestay masing-masing untuk mengikuti kegiatan menganyam bambu bersama tuan rumah homestay. Selama dua jam menganyam, rombongan diajari teknik menganyam yang paling sederhana. Masing-masing peserta bisa menyelesaikan anyamannya dan kembali berkumpul di Balai Dusun Karangasem, kediaman Dukuh. Sore harinya, rombongan yang telah dibagi menjadi 4 kelompok melakukan riset kecil dengan mewawancarai Kepala Dusun, Ketua Karangtaruna sekaligus Pokdarwis dan Ketua Penggerak PKK Dusun. Masing-masing melakukan penelitian tentang infrastruktur, sumber daya manusia, lingkungan hidup (SDA) dan jaringan.
Malam harinya setelah menikmati nasi kenduri dan ingkung, rombongan mencoba bermain gamelan. Tidak butuh waktu lama ternyata rombongan bisa memainkan 1 gending dengan sangat baik. Sebagian masyarakat Karangasem yang turut menyaksikan permainan gamelan tamu dari Universitas Wakayama tersebut terkagum. “Kok cepat bisa ya,” celetuk salah satu masyarakat. Usai memainkan gamelan, rombongan diajak menikmati view gemerlap lampu Kota Yogyakarta dari kawasan Lintang Sewu yang secara geografis masih menjadi bagian dari Dusun Karangasem.
Pagi harinya, rombongan harus sudah bangun pukul 4.30 untuk mengikuti Sunrise Tracking di sunrise spot yang terletak di ujung hutan Pinus Asri yang dibuka dan dikembangkan oleh Pokdarwis dan masyarakat Karangasem sejak 2016 silam. Berbeda dengan tahun lalu yang mendung, Jumat pagi kemarin pemandangan sunrise yang begitu indah hadir di langit Karangasem. Sembari menikmati teh hangat juga ketela dan kacang rebus, rombongan menikmati sunrise sebelum kemudian sarapan pagi di hutan pinus dengan menu nasi pecel.
Siang harinya sebelum makan siang, rombongan menyelesaikan presentasi di Balai Dusun Karangasem. Setelah selesai, mereka mempresentasikan masing-masing tema. Dari masing-masing tema-tema tersebut, mahasiswa memberikan masukan-masukan untuk perbaikan desa wisata Karangasem. Beberapa masukan yang disampaikan adalah perlunya membuat website untuk berkomunikasi dengan calon pelanggan, penguatan kapasitas dan komunikasi organisasi, membangun landmark bambu khas Karangasem, dan konsistensi menjaga sustainable tourism di Karangasem.
“Kami akan datang lagi tahun depan untuk melihat perkembangan Karangasem,” tutur Fujiyama dalam sambutannya saat penutupan acara.