Pesta olah raga terakbar se-Asia yaitu Asian Games 2018 telah beberapa waktu lalu. Pesta olahraga 4 tahunan ini sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Asia. Pada Asian Games tahun 2018 ini Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah penyelenggara Asian Games. Asian Games dilaksanakan pada 18 Agustus 2018 hingga 2 September 2018. Ada 45 negara termasuk Indonesia yang meramaikan perhelatan Asian Games 2018 dan 37 cabang olahraga yang dipertandingkan.
Indonesia dinilai sukses menggelar ajang olahraga tingkat internasional ini. Apresiasi terhadap Indonesia datang dari dalam maupun luar negeri. Kesuksesan sebagai tuan rumah tentu tidak lepas dari peran berbagai pihak. pihak Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee atau yang biasa kita sebut INASGOC melibatkan lebih dari 20.000 volunteer terpilih untuk membantu jalannya acara yang diselenggarakan di 2 kota yaitu Jakarta dan Palembang ini.
Lima orang Mahasiswa dari Departemen Bahasa, Seni,dan Manajemen Budaya turut serta bergabung menjadi volunteer dalam Asian Games. Salah satu mahasiswa Program Studi Bahasa Korea Aisya Julia menyampaikan bahwa Asian Games 2018 menjadi pengalaman yang luar biasa bagi dia. Kepada Humas DBSMB dia bercerita proses penyaringan hingga ia terpilih menjadi volunteer. “Proses penyaringan volunteer yang tidak sebentar pun membuat saya harus bolak balik Yogyakarta-Jakarta padahal saat itu saya sedang fokus menulis Tugas Akhir. Entah apa yang membuat saya semangat, mungkin karena saya suka bertemu dengan orang baru dan terutama saya sangat ingin bertemu dengan Atlet dan Official dari negara Korea Selatan,” katanya.
Cerita lain terkait proses seleksi yang ketat datang dari Virliana Meyta Yuniar yang bertugas membantu divisi tiketing dan ditempatkan di Wisma Atlit Kemayoran untuk menyediakan tiket bagi atlet dan official. “Saya masih ingat, betapa besar perjuangan saya bersama teman-teman saya dari naik kereta 7 jam lebih dan tidur di kereta, setelah mengikuti training langsung balik dan keesokan harinya langsung mengikuti kelas di kampus. Jika tidak ada niat dan passion yang tinggi, tahap-tahap tersebut tak akan bisa dijalani secara konsisten. Banyak yang kami relakan, secara ekonomis, tenaga, waktu dan raga.”Dan semua terbayar saat melihat meriahnya acara pembukaan tanggal 18 Agustus 2018, lanjutnya.
Sisrilia, punya pengalaman yang berbeda. Sebagai volunteer di divisi ceremonies dia bercerita tantangan yang dia dapatnya untuk menyukseskan gelaran 4 tahunan ini. “Kerja yang sebenarnya dimulai seminggu sebelum upacara pembukaan Asian Games, setiap hari saya harus pergi ke GBK untuk briefing dan membantu proses persiapan pembukaan Asian Games. Pada hari-H pembukaan saya harus sudah bersiap di main stadium GBK dari pagi. Pembukaan dimulai pada jam 6 sore, tugas pertama saya adalah membariskan para atlet yang akan masuk ke dalam main stadium GBK untuk athlete parade. Tidak mudah memang, karena ada banyak atlet yang sedikit susah diatur dan hasilnya barisan mereka agak berantakan pada saat masuk ke main stadium. Hari itu saya sangat lega karena semua rangkaian acara pembukaan Asian Games berjalan dengan lancar dan semuanya sesuai rencana. Setelah acara pembukaan selesai divisi saya diberi waktu libur selama seminggu dan mulai kerja lagi seminggu sebelum acara penutupan,” tuturnya. Dia di acara penutupan berkesempatan membawa bendera Maldives.
Pengalaman lain dirasakan Ruth Karina Filia. Dia bercerita, “20 Agustus 2018 di hari pertama saya bekerja saya sudah mengalami caki makian penonton Indonesia. Karena seharusanya loket box (tempat penukaran E-voucher dan tempat pembelian tiket on the spot) buka 2 jam sebelum jadwal pertandingan dimulai tetapi loket box belum dibuka sedangkan antrian yang ingin membeli tiket dan menukarkan tiket sudah sangat panjang belum lagi teriknya matahari yang membuat para penonton ini semakin marah.”
Ruth melanjutkan, “Semua pengalaman itu sangat menyakitkan karena harus mendengarkan kata caci makian tetapi ada juga orang menyematkan kata ‘Thank You’ dan ‘Terima kasih’ ýang membuat kami merasa dihargai dan memberi kami semangat. Tak jarang ada beberapa orang yang melihat kami berlari tergesa gesa karena ada suatu masalah memberikan kami sepatah kata ‘semangat kakak’ disertai dengan senyuman tulus yang terukir di bibir manisnya. Kenangan inilah yang tidak akan saya lupakan. Suksesnya Asian Games Jakarta Palembang 2018 membuat saya bangga menjadi bagian di dalamnya.”
Mahasiswa Bahasa Korea lain, Intan merasa beruntung belajar Bahasa Korea, “Dalam pengalaman selama menjadi volunteer Asian Games 2018 ini saya merasakan betapa pentingnya komunikasi menggunakan bahasa asing. Bukan hanya Bahasa Inggris, namun bahasa-bahasa yang lainnya juga diperlukan karena tidak semua atlet dapat berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini terjadi di dalam kontingen tim basket Korea putra. Tim tidak memiliki NOC-assistant dan tidak ada official dari tim yang mampu berbahasa Inggris, sehingga dibutuhkan volunteer yang mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa Korea.”
Teks: Prodi Bahasa Korea
Foto: Dokumentasi pribadi
itulah manfaatnya belajar bahasa korea di samping kita harus mampu berbahasa Inggris, kemampuan berbahasa asing lainnya juga sangat dibutuhkan untuk berkompetisi di era global seperti sekarang…..