Yogyakarta (4/9) – Memperingati bulan Alzheimer se-Dunia, Sekolah Vokasi UGM menyelenggarakan Seminar Gizi. Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan Melody Memory Project (MMP) yang diinisiasi dari akhir Mei lalu. Wujud kolaborasi dari SV UGM, Stichting Alzheimer Indonesia Nederland, dan Balai Budaya Minomartani, MMP dilaksanakan untuk mempromosikan kualitas hidup untuk mengantisipasi Alzheimer dengan berlatih berkesenian, dalam hal ini bermain gamelan.Dalam pelaksanaannya, MMP digerakkan oleh Tim Project-based Learning (PBL) mahasiswa dibawah Center for Excellence in Culture and Tourism (CoE CT) SV UGM yang keseluruhan anggota merupakan mahasiswa Departemen Bahasa, Seni dan Manajemen Budaya.
Sebagai acara penutupan program, MMP menghelat seminar gizi dan pentas seni lintas generasi. Untuk seminar, tim penyelenggara berkesempatan untuk bekerjasama dengan pamong setempat dengan mengundang warga lansia di sekitar Balai Budaya Minomartani. Acara dimulai dengan cek kesehatan berupa cek tekanan darah, gula, pemberian vitamin dan konsultasi dengan dokter.
Seminar menghadirkan ahli gizi sebagai narasumber dari RSUD Prambanan, Ari Roselani, S.SiT. Ari memaparkan jenis-jenis makanan yang memenuhi nilai gizi untuk lansia dan pada masa pandemic. Namun, Ari juga menekankan bahwasanya jenis-jenis makanan itu juga baik untuk dikonsumsi untuk non lansia dalam rangka mengantisipasi Alzheimer.
Sebelumnya, Koordinator MMP, dr. Tania M.Setiadi, M.Biomed (AAM) memberikan penjelasan singkat pentingnya berkegiatan dalam hal ini berkesenian untuk mengantisipasi dementia. “Menggerakkan motorik tubuh, berpikir kognitif, dan berinteraksi sosial secara aktif, mampu mencegah dementia dini”, ungkapnya. Usai pemaparan singkat, Tania mengajak seluruh peserta yang berjumlah 70 orang untuk melakukan senam otak bersama.
Kolaborasi lintas disiplin melalui MMP ini turut memberikan kesempatan bagi civitas akademika dalam mengimplementasikan metode pembelajaran yang berbasis proyek riil dan mampu menghasilkan produk. Dosen dan mahasiswa didorong untuk lebih produktif, kreatif, dan inovatif dalam berkolaborasi bersama segenap mitra serta solutif ketika menghadapi permasalahan dilapangan. Dengan demikian, mahasiswa akan mengasah kemampuan soft skill-nya dalam kerangka people-to-people communication dan bagaimana melaksanakan tanggungjawab yang diemban dalam program kerja.
Fauzia Erbin, koordinator Tim PBL, mengungkapkan bahwa selama program, ia menemui tantangan-tantangan dalam penyelenggaraan event dan bagaimana mengelola pihak-pihak yang terlibat dalam program. Namun, ia juga menambahkan, “Tapi itu sangat penting untuk pengembangan kualitas diri saya, baik sebagai pribadi, akademisi, dan bagian dari warga masyarakat”.
Teks dan Foto: Dewi Cahya Ambarwati