Setelah melalui rangkaian kegiatan pelatihan di BBPLK (Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja) Bekasi selama kurang lebih satu minggu sejak 27 November hingga 3 Desember 2017 lalu, 4 dosen Departemen Bahasa, Seni, dan Manajemen Budaya Sekolah Vokasi UGM dinyatakan kompeten sebagai pelatih yang akan melatih para pelatih magang di industri. Keempat dosen tersebut adalah Waluyo, S.S., M.Hum. dari Program Studi Kearsipan, Supriadianto, S.S., M.A. dari Program Studi Bahasa Korea, Sa’idatun Nishfullayli, S.S., M.Hum. dari Program Studi Bahasa Jepang, dan Nabilla K Vardhani, S.IP., M.A. dari Program Studi Bahasa Inggris. Sertifikat diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Pelatihan latihan ini melibatkan sebanyak 97 peserta yang sebagian besar berasal dari dunia industri maupun pemerintah. Pelatihan latihan yang baru pertama kali diselenggarakan ini bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pembimbing siswa ataupun mahasiwa yang melaksanakan praktek kerja lapangan atau magang. Dengan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan ini, pemerintah mengharapkan agar kegiatan magang atau praktek kerja lapangan bisa lebih terarah ke depannya dan lulusan bisa segera terserap ke industri karena sudah mengikuti proses penempaan di industri.
Kegiatan praktek kerja lapangan atau magang bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Walaupun dalam pelaksanaannya masih banyak sekali aspek yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Praktek kerja lapangan berarti para pesertanya, yaitu siswa masih memiliki kewajiban untuk belajar di sekolah atau perguruan tinggi. Dengan kata lain, pihak perusahaan harus bisa menyediakan pembimbing yang kompeten juga cakap dalam menyampaikan materi yang harus siswa itu ketahui dan bukan hanya sekedar menjadi pengawas dalam pekerjaan. Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih banyak siswa ataupun mahasiswa yang belum mendapatkan pembimbing dan kurikulum magang sesuai kebutuhan mereka. Hal ini jelas berdampak saat siswa ataupun mahasiswa tersebut sudah menyelesaikan masa praktek kerjanya tetapi tidak dapat menjelaskan kembali apa yang mereka peroleh dari kegiatan tersebut.
Kurangnya tenaga pendidik yang kompeten di tempat praktek kerja ini juga tak bisa sepenuhnya disalahkan pada SDM terkait. Dengan menjadi tenaga pendidik, pribadi terkait berarti memiliki tanggungjawab ganda, sebagai pekerja kepada perusahaan sekaligus pengajar untuk peserta magang. Tanpa pelatihan yang menyeluruh, sulit memujudkan lingkungan kerja yang kompetitif sekaligus edukatif kepada pesertanya yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini menjadi alasan mengapa pendidikan dan pelatihan “Pelatih di Tempat Kerja” ini diadakan.
Pelatihan ini juga menekankan pentingnya peran pendidik dalam menyampaikan ilmu kepada peserta magang di industri Indonesia yang jumlah dan persebarannya belum merata. Penyampaian ilmu yang baik selama kegiatan magang jelas akan lebih berguna mengingat mereka yang mendaftar praktek kerja umumnya masih duduk di bangku sekolah maupun kuliah. 97 peserta pelatihan yang kemudian disebut dengan Master Trainers ini ke depannya harus siap dikirim ke seluruh Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada para supervisor peserta magang di dunia industri yang akan diterjunkan pada 2018.
Text Oleh : Humas DBSMB
Dokumentasi : Istimewa