[Yogyakarta, 15 September 2025] – Penelitian bertajuk “Wibu Sekolah Vokasi UGM dan #KaburAjaDulu: Resepsi Isu Nasional dalam Bingkai Budaya Populer” telah menyelesaikan tahap pengumpulan data lapangan. Penelitian ini, yang berfokus pada dinamika subkultur penggemar budaya populer Jepang (wibu) di lingkungan akademis, bertujuan untuk memahami sejauh mana konsumsi budaya populer memengaruhi kesadaran kritis terhadap isu sosial-politik nasional, sejalan dengan komitmen Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 4: Pendidikan Berkualitas dalam meningkatkan literasi dan partisipasi sosial.
Hingga saat ini, tim peneliti berhasil mengumpulkan data dari 70 responden melalui survei kuantitatif, mendekati target awal 100 responden dari mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang teridentifikasi sebagai wibu. Hasil survey menunjukkan gambaran awal mengenai preferensi konten, intensitas konsumsi anime, dan persepsi awal mereka terhadap isu-isu politik dan ekonomi Indonesia.
Foto cosplayer, wotagei, dan idol di Okaeri (Vokasi Mei Matsuri) Mei 2025
Selain survei, penelitian ini juga sukses melakukan wawancara mendalam dengan lima (5) informan terpilih. Wawancara ini didesain untuk menggali makna di balik tren #KaburAjaDulu, interpretasi mereka terhadap pesan dalam budaya Jepang yang dikonsumsi, serta kaitannya dengan sikap mereka terhadap realitas di Indonesia. Lima informan ini mewakili keragaman pembacaan isu—mulai dari yang cenderung apatis, netral, hingga yang menunjukkan sikap kritis.
Penelitian ini memandang subkultur wibu bukan hanya sebagai hobi, melainkan sebagai ruang potensial untuk mengembangkan literasi media dan kesadaran kritis. Hasil awal pengumpulan data ini akan menjadi dasar untuk pemetaan akademis yang konkret tentang resepsi wibu Indonesia terhadap isu nasional.
Tahap selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis kualitatif yang mendalam menggunakan Teori Resepsi Media Stuart Hall. Tim berharap penelitian ini dapat mengubah stigma negatif yang sering melekat pada komunitas wibu dan menunjukkan potensi mereka dalam diskursus pembangunan nasional.
Penulis: Mery Kharismawati