Acara berlangsung menggunakan perpaduan dari empat bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda. Terjemahan dilakukan oleh Ms. Manik Kharismayekti, salah satu pengurus Stichting Manggar Megar, melalui kolom chat box ke dalam bahasa Belanda. Penerjemahan tersebut sangat penting dikarenakan pertemuan diskusi tidak hanya dihadiri oleh orang-orang dari Indonesia melainkan juga Belanda sehingga seluruh partisipan dapat memahami materi yang disampaikan. Hal ini berhasil membuat salah satu dosen DBSMB SV UGM, Dr. Endang Soelistyowati, menyampaikan rasa kagumnya akan kelihaian Ms. Manik Kharismayekti memberikan terjemahan langsung dari bahasa Jawa Ngoko ke dalam bahasa Belanda dalam opening speech-nyaKurang lebih terdapat 39 peserta yang menghadiri diskusi antarbudaya malam itu pukul 19.00 WIB – 20:30 WIB dengan latar belakang beragam, diantaranya merupakan penggiat seni, dosen, kaprodi, dan mahasiswa. Dari Indonesia, tak hanya dari daerah Yogyakarta, karena terdapat juga dosen dan mahasiswa dari ISI Surakarta dan ISI Denpasar yang turut hadir.
Secara keseluruhan, acara ini dimulai dengan pembukaan yang diberikan oleh Ms. Endang Soelistyowati, dilanjutkan dengan penyampaian sejarah singkat Balai Budaya Minomartani yang disampaikan oleh Bapak Tri Giovanni. Pada inti acara diskusi, Mr. Orlando Kromopawiro dari SMM sekaligus sebagai pelatih karawitan SMM menyampaikan paparan tentang gamelan yang ada di Suriname dan Belanda serta komposisi Sampak yang dimainkan oleh SMM. Mewakili BBM, Bapak Eddy Pursubaryanto kemudian menjelaskan tentang Sampak yang dimainkan di Jawa terutama di Yogyakarta dan Surakarta.
Tak disangka, paparan materi yang disampaikan oleh kedua narasumber mendapatkan antusias yang tinggi dari partisipan. Banyak pertanyaan yang ditujukan oleh keduanya, bahkan Mr. Orlando pun menanyakan kemungkinan untuk mengolaborasikan musik Sampak Suriname dengan Jawa. Bapak Eddy selaku aktivis kesenian pun menjawab sangat mungkin keduanya untuk dikolaborasikan dan mungkin apabila sudah ada yang bersedia untuk membuat aransemennya bisa segera direalisasikan. Dalam diskusi ini pun terlahir sebuah ide akulturasi seni musik. Bahkan beberapa partisipan yang notabene para pelaku seni dibidang karawitan sekaligus akademisi turut mengamini dan bersedia berkolaborasi.
Diskusi kali ini merupakan bentuk kerja sama keempat kalinya antara SMM, BBM, dan UGM. Silaturahmi antar pengurus menginisiasi program, diikuti dengan partisipasi SMM dalam Festival Mawayang 2021 yang diselenggarakan oleh BBM dan Kemendikbud bekerjasama dengan SV UGM, dengan mengirimkan video rekaman pertunjukan wayang oleh Dalang Belanda Ki Donovan. Kegiatan ketiga mengundang dua anggota SMM, Hermine Kromorejo dan Emily Clark sebagai invited speakers diacara Webinar Events Talk#23 memaparkan tentang perkembangan seni dan budaya di Suriname dan Belanda.
Adanya acara International Program of Community Service SV UGM ini membuka jalan akan peluang kerjasama BBM dan SMM dengan berbagai pihak serta memungkinkan adanya kunjungan Stichting Manggar Megar ke Indonesia ditahun 2023 untuk belajar seni dan budaya bersama di Balai Budaya Minomartani, berkegiatan di UGM dan di kampus seni lain.
Teks dan foto: Alya Shalsabillah & Aida Rachmawati
Editor: Dewi Cahya Ambarwati