Tiga mahasiswa asing asal Kanada, Hemali Borada, Sneha Chandrababu, dan Vismaya Bhagavathi Parambath dan satu Artistic Director dari Shivamanohari School of Performing Arts Kanada mengikuti Workshop Tari Lambangsih. Materi diberikan oleh Dewi Cahya Ambarwati, dosen DBSMB SV UGM dan Anggara Sri Wisnu sebagai seniman tari jawa klasik di Balai Budaya Minomartani, Sleman, Yogyakarta, pertengahan bulan Agustus lalu.Tari Lambangsih merupakan tarian berpasangan yang mengisahkan suka cita sepasang insan manusia. Dalam Kamus Bausastra Jawa oleh S. Prawira Atmojo (1993) disebutkan bahwa Lambangsih berasal dari kata lambang dan asih. Lambang berarti : syair, perumpamaan, kata-kata yang bertujuan untuk nasehat. Kata asih berarti : cinta, kasih, atau asmara. Adanya Tari Lambangsih mengacu kepada cerita Smaradahana dalam buku Kalangwan Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, karangan Zoedmulder yang menceritakan kehidupan asmara antara Bathara Kamajaya dan Bathara Kamaratih.
Selain itu, tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Tegar Kanugran, Dwi Rahma Pratama, serta Prista Reskika juga berpartisipasi menjadi peserta kegiatan ini. Gerakan yang dihasilkan dari tarian ini sangat lemah gemulai dan penuh perasaan. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pentas pertunjukan yang dimulai dari pukul 19.00-21.00 WIB. Semua peserta larut dalam sukacita dan menampilkan hasil latihannya dengan sungguh-sungguh.
“Saya sangat senang dapat mempelajari tarian lambangsih. Ini adalah tarian yang sangat romantis”, ujar Hemali Borada. Saat ini tari Lambangsih hanya ditampilkan saat perayaan pernikahan atau show di Balai Budaya Minomartani.
Foto dan Text: Dewi Cahya Ambarwati & amp; Azata Izazi