Pada September 2024, Sekolah Vokasi UGM mengadakan kerjasama penelitian dengan mitra industri di Kawasan Industri KIIC Karawang Jawa Barat. Dengan memanfaatkan responden Japanese speaker (penutur asing bahasa Jepang) yang bekerja di perusahaan-perusahaan di kawasan industri tersebut, penelitian ini berupaya mencari tahu tentang potensi kebutuhan tenaga penutur Japanese speaker serta kompetensi yang dibutuhkan untuk sukses sebagai staf Japanese speaker. Kolaborasi antara program Studi Sarjana Terapan Bahasa Jepang dan Komunikasi Bisnis Profesional dengan industri ini diharapkan dapat mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di bidang pendidikan dan pengembangan.
Penelitian yang dilaksanakan dengan metode focus group discussion (FGD) dan wawancara ini menghasilkan beberapa temuan terkait tujuan penelitian di atas. Hasil diskusi dan wawancara bersama responden Japanese speaker, baik yang menduduki posisi staf maupun manajer HR/GA dan divisi Produksi, diketahui bahwa potensi kebutuhan Japanese speaker masih cukup tinggi mengingat keterbatasan ekspatriat Jepang untuk menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi internal perusahaan. Para ekspatriat umumnya lebih memilih komunikasi dalam bahasa Jepang, baik dalam rapat formal maupun interaksi informal sehari-hari. Para Japanese speaker berperan penting dalam menjembatani komunikasi antara pekerja lokal dan ekspatriat Jepang, termasuk dengan direktur dan penasihat/advisor.
Pada tahap wawancara terkonfirmasi bahwa staf dengan kompetensi bahasa Jepang memiliki peluang lebih besar untuk berkembang dalam jenjang karirnya. Seseorang dengan kompetensi komunikasi bahasa Jepang dipastikan memahami cara berpikir masyarakat Jepang karena budaya dan bahasa adalah dua hal yang terkait erat. Orang Jepang umumnya akan lebih menghargai siapapun yang mampu memahami cara berpikir dan cara kerja Jepang karena hal itu secara tidak langsung dapat meningkatkan efektifitas kerja. Keuntungan ini terutama terlihat ketika kinerja mereka disukai oleh atasan dan ketika mereka memahami cara berkomunikasi dengan tepat sesuai konteks dan status lawan bicara.
Selain kompetensi kebahasaan, kompetensi sosiokultural juga berperan pentingnya dalam kelancaran komunikasi kerja. Sulitnya pemilihan penggunaan ragam bahasa dengan mempertimbangkan derajat hubungan interpersonal, baik berupa hubungan hirarkis atas bawah maupun hubungan antara inner dan outer group, masih menjadi salah satu kendala dalam komunikasi kerja. Selain itu, kompetensi sosiokultural juga terkait dengan etos dan cara kerja Jepang. Latar belakang budaya yang berbeda menyebabkan masih banyaknya staf lokal yang kurang bisa memahami cara berpikir dan cara kerja ala Jepang. Hal inilah yang menjadi kendala utama dalam hubungan kerja maupun komunikasi di perusahaan-perusahaan Jepang pada umumnya.
Temuan ini menekankan pentingnya membekali calon lulusan maupun staf-staf lokaal di perusahaan Jepang dengan kompetensi bahasa Jepang bisnis umum serta kompetensi sosiopragmatik terkait masyarakat Jepang, cara berpikir, serta budaya kerja Jepang. Menyusun materi ajar/pelatihan yang sesuai dengan praktik nyata komunikasi di tempat kerja merupakan salah satu strategi untuk pengembangan kualitas pembelajaran bahasa Jepang. Penelitian ini menjadi awal dari penelitian berkelanjutan untuk menghasilkan materi ajar/pelatihan yang tepat guna tersebut. Oleh karena itu, penelitian-penelitian terapan tentang penggunaan bahasa Jepang dalam praktik komunikasi di tempat kerja memiliki peluang kebermanfaatkan yang tinggi bagi pengembangan calon lulusan, dan sumber daya manusia Indonesia pada umumnya.
Penulis: Sa’idatun Nishfullayli, Mery Kharismawati