Menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif dan dinamis, mahasiswa tidak hanya dituntut menguasai kompetensi akademik, tetapi juga cerdas dalam mengelola identitas digital mereka. Dalam konteks itu, media sosial memegang peranan penting—bukan sekadar sebagai sarana hiburan atau jejaring sosial, melainkan potensi alat strategis untuk persiapan membangun karier. Hal ini menjadi salah satu yang mendukung Sustainable Development Goals (SDG), yaitu pada poin 4 (Pendidikan Berkualitas), karena mahasiswa tidak hanya menguasai bahasa, tetapi juga mengembangkan literasi digital yang dibutuhkan di dunia profesional. Selain itu, keterlibatan aktif mereka di platform juga mendukung SDG poin 8 (Pekerjaan Layak & Pertumbuhan Ekonomi), karena media sosial menjadi medium untuk membangun jejaring profesional dan mencari peluang karier.
Namun, penelitian terhadap mahasiswa prodi Bahasa Jepang Kombispro menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa memanfaatkan media sosial secara proposional untuk membangun karier. Ada yang menjadikannya sumber inspirasi dan informasi pekerjaan, ada pula yang tetap mengandalkan jejaring secara langsung seperti melalui dosen, organisasi kampus, atau jaringan sekolah (SMA/SMK). Pola penggunaan ini berbeda-beda tergantung motivasi, pengetahuan digital, dan kesadaran akan manfaat media sosial profesional.
Wawancara mendalam terhadap enam (6) mahasiswa Prodi Bahasa Jepang Kombispro yang telah mengikuti praktik industri atau memiliki pengalaman magang menunjukkan dua pola berbeda dalam pemanfaatan media sosial. Sebagian mahasiswa mengaku sangat terbantu dengan konten-konten pekerjaan di media sosial, sedangkan sebagian lainnya mengaku lebih banyak menggunakan media sosial untuk tujuan hiburan.
Beberapa media sosial yang banyak digunakan adalah Instagram, TikTok, dan beberapa menggunakan LinkedIn. Media sosial memiliki peran penting sebagai jembatan antara dunia akademik dan dunia profesional. Melalui berbagai platform seperti LinkedIn, Instagram, atau X, mahasiswa dapat membangun personal branding, memperluas jejaring dengan profesional di bidang yang diminati, hingga mengikuti tren industri terkini. Tidak hanya itu, media sosial juga menjadi ruang belajar yang terbuka—tempat mahasiswa bisa menemukan peluang magang, pelatihan, serta inspirasi karier. Dengan demikian, media sosial bukan sekadar tempat berbagi aktivitas, tetapi juga ruang strategis untuk membangun citra dan kesiapan karier sejak dini.
Untuk pengembangan karier yang lebih optimal, diperlukan upaya mendorong mahasiswa untuk menyiapkan diri secara lebih terencana. Penting pula bagi mahasiswa untuk memetakan minat dan potensi diri, sehingga aktivitas di media sosial dapat diarahkan untuk mendukung tujuan karier yang lebih jelas. Ketika strategi ini dijalankan secara konsisten, media sosial akan menjadi modal berharga untuk membangun reputasi positif dan membuka akses menuju dunia kerja yang diimpikan.
Berdasarkan hasil penelitian, sangat relevan untuk mendorong program pendampingan atau pelatihan literasi karier digital, strategi konten profesional, atau manajemen reputasi online. Dengan cara ini, mahasiswa dapat lebih maksimal memanfaatkan media sosial sebagai alat transisi dari dunia kampus menuju ke dunia profesional. Langkah ini tidak hanya penting untuk keberhasilan individu, tetapi juga dalam rangka mendukung SDG 4 pendidikan berkualitas (SDG 4), serta mempersiapkan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi di masa depan (SDG 8), melalui penguatan kompetensi digital dan akses peluang kerja yang lebih adil.
Penulis: Wahyu Handayani Setyaningsih