Sabtu (23/4) lalu, Events Talk#30 digelar kembali secara daring. Mengangkat tema “Empower Women, Empower Civilization” dengan subtopik yaitu Women Leadership: Women Have A Chance to Lead dan Women and Education Are the Keys For a Better World, panitia mahasiswa mengundang dua pemateri perempuan, Anisa Sopiah, mahasiswi jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Emmeline Liencie Handojo seorang mahasiswi jurusan neuroscience, King’s College London.
Diselenggarakan oleh grup mahasiswa mata kuliah International Cross-Culture Communication A, Webinar Events Talk#30 ini dihadiri oleh kurang lebih 40 peserta.
Pemilihan topik ini dilatarbelakangi oleh keadaan perempuan di Indonesia yang masih belum mencapai keseimbangan dalam hal peluang untuk memimpin dan meraih pendidikan tinggi seperti kaum laki-laki, sehingga diperlukan kegiatan guna menyadarkan masyarakat, terutama perempuan, bahwa kedua bidang tersebut, kepemimpinan dan pendidikan, merupakan hak setiap umat manusia tanpa pilih kasih terhadap gender tertentu.
Anisa Sopiah memberikan materi bertema Women Leadership. Dalam penyampaian materinya Anisa menekankan bahwa perempuan menempati hampir sebanyak 50% populasi dunia sehingga diperlukan keterlibatan perempuan dalam dunia kepemimpinan untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun, sayangnya stereotip yang berkembang di masyarakat adalah kepemimpinan merupakan dunianya kaum laki-laki, padahal kepemimpinan merupakan sebuah kemampuan dan kemampuan adalah hal yang dapat diasah bukan diberikan sejak lahir. Anisa menjelaskan pengalamannya sebagai pemimpin perempuan di beberapa organisasi dan kegiatan, Ia menjelaskan bahwa terkadang perempuan masih meragukan apakah mereka memiliki kemampuan untuk memimpin sehingga tak yakin untuk melangkah, padahal keraguan itu harusnya dibuktikan dengan langsung mencoba tidak hanya dengan mengandai ataupun bertanya-tanya saja. Menutup presentasinya, Anisa menuliskan pesannya yang berbunyi “If we know the problem and the ability to be leader, then why we don’t take the action?”.
Dilanjut dengan pembicara kedua, Emmeline Handojo, dengan pemantik diskusi bertemakan Women and Education. Sebagai seorang perempuan yang sedang belajar di negara asing, Emmeline menyadari betapa pentik pendidikan bagi keberlanjutan hidup perempuan. Emmeline menyebutkan bahwa manfaat pendidikan bagi perempuan adalah: mendidik anak, berkontribusi bagi lingkungan sekitar, dan mendukung keluarga. Emmeline menyebutkan 2 nama perempuan yang telah berhasil mengimplementasikan ilmunya untuk masyarakat yaitu Nisa Sri Wahyuni yaitu seorang konselor vaksin dan Nadhira N Afifa yang merupakan seorang penulis, dokter, dan bertugas untuk membuat kebijakan terkait kesehatan publik.
Tak hanya itu, Emmeline juga mengagumi beberapa nama perempuan yang membuat ia kagumi dan salah satunya adalah sang Ibu. Baginya sang Ibu telah mendidiknya dengan baik terutama dalam kemampuannya berbahasa Inggris, serta lingkungan keluarga yang cukup terbuka dan suportif terutama dalam hal pendidikan. Bagi keluarganya, pendidikan adalah hak seluruh orang tanpa peduli apakah dia seorang perempuan atau laki-laki. Ini menunjukan bahwa Emmeline telah mendapatkan kebebasannya dalam menentukan arah tujuannya dalam hal pendidikan tanpa harus terpaku pada keputusan figur laki-laki. Dalam salah satu halaman presentasinya, Emmeline mengutip perkataan dari Kartini yaitu “Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyang” artinya perempuan yang sudah menyadari bahwa haknya ternyata lebih luas dari apa yang generasi dulu sampaikan atau rasakan, tidak akan terpenjara dalam cara pikir kuno yang membatasi langkahnya.
Setelah kedua presentasi selesai, dimulailah sesi tanya jawab yang begitu aktif dari para peserta dengan pertanyaan beragam dari alasan mengapa perempuan kurang representatif dalam urusan kecemerlangan pencapaian hingga dampak dari pernikahan dini yang dialami perempuan. Besar harapan setelah diskusi terkait pemberdayaan wanita dapat menumbuhkan kepercayaan diri setiap perempuan untuk mengembangkan potensi yang ada.
Turut mengamini tentang women empowerement, Ahmad Muam, dosen sekaligus Kaprodi Bahasa Inggris dalam sambutannya, menyampaikan bahwa kesempatan bagi perempuan etrmasuk akses terhadap Pendidikan sangat penting untuk mengaktualisasikan diri dan berkontribusi pada masyarakat. Selain mengapresiasi konsistensi Events Talk ini, ia mendukung bahwa kegiatan ini mendorong kemampuan mahasiswa untuk menyelenggarakan event berbahasa Inggris, juga menambah cross-cultural competency dengan memahami isu-isu global.
Teks & foto: Alya Salsabilla
Editor: Dewi Cahya Ambarwati