



Yogyakarta, Januari 2025. Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia menjalin kolaborasi penelitian lintas negara untuk mengkaji dinamika komunikasi gender dan kepemimpinan di lingkungan pendidikan tinggi. Proyek riset yang akan dimulai pada Januari 2025 ini menyoroti bagaimana bahasa dan gaya komunikasi memengaruhi kepemimpinan, otoritas, serta hubungan profesional di institusi akademik.
Penelitian ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDG 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDG 5 (Kesetaraan Gender). Melalui studi komparatif antara UiTM dan UGM, proyek ini berupaya mendorong kepemimpinan yang lebih inklusif dan setara di lingkungan perguruan tinggi.
Selama satu tahun penelitian, tim peneliti akan mempelajari gaya komunikasi para pemimpin laki-laki dan perempuan, baik dalam konteks formal maupun informal—termasuk rapat, pidato, dan surat elektronik. Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan perangkat lunak NVivo 12 untuk mengidentifikasi pola-pola komunikasi berbasis gender dan dampaknya terhadap efektivitas kepemimpinan.
Fokus penelitian diarahkan pada Sekolah Vokasi UGM dan Akademi Pengajian Bahasa UiTM, yang memiliki karakteristik unik dalam konteks pendidikan vokasi dan pengajaran bahasa. Setiap institusi akan melibatkan empat pemimpin dan empat responden dari lingkungan kerja terdekat mereka, sehingga menghasilkan data yang kaya dan representatif.
Selain memperkuat pemahaman akademik, riset ini juga mencerminkan implementasi SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi internasional antara dua universitas besar di Asia Tenggara. Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat jejaring riset lintas budaya dan mendorong inovasi dalam bidang komunikasi kepemimpinan.
Ketua tim peneliti dari UGM menjelaskan bahwa penelitian ini berpotensi memberikan rekomendasi praktis bagi pengembangan pelatihan kepemimpinan di perguruan tinggi. “Dengan memahami bagaimana perbedaan gaya komunikasi memengaruhi dinamika kepemimpinan, kita dapat menciptakan program pelatihan yang lebih inklusif dan sensitif terhadap gender,” ujarnya.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi kesenjangan gender di lingkungan akademik, mendukung SDG 10 (Berkurangnya Ketimpangan) melalui kebijakan komunikasi dan kepemimpinan yang lebih adil.
“Kolaborasi ini menjadi langkah konkret bagi UGM dan UiTM untuk memperkuat peran perguruan tinggi dalam mendorong pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, dan kemitraan global yang berkelanjutan,” tambahnya.
Dengan demikian, riset ini tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang sosiolinguistik dan analisis wacana, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global menuju dunia pendidikan tinggi yang lebih setara, inklusif, dan berkeadilan.
Penulis: Ahmad Mu’am